Foto: Alfius Sabon |
Seringnya kejadian kebakaran lahan setiap tahun, warga masyarakat Solor merasa turut prihatin. Hal ini berlangsung khususnya di Solor bagian Timur yang kondisi alamnya lebih kering dari wilayah sekitar. Meski upaya sosialisasi pencegahan sudah dilakukan, tahun ini masih ada saja titik api yang muncul di sejumlah lokasi.
Kejadian berulang ini memantik komentar miring dari penduduk setempat. "Kalau di Ende ada danau tiga warna, maka di Flores Timur ada yang namanya pulau tiga warna. Pulau tersebut adalah pulau Solor," tulis Alfius Sabon melalui akun medsosnya pada Sabtu (31/8/2019).
Menurut Alfius, julukan itu ia peroleh dari warga setempat. "Di pulau Solor khususnya bagian timur, ada masyarakat yang menjulukinya pulau tiga warna. Sama seperti danau Kelimutu, pulau Solor dalam setahun berubah warna sampai tiga kali," ujarnya.
Ia lalu merinci bahwa dari bulan Desember hingga bulan April, pulau Solor akan berwarna hijau. Sedangkan dari bulan Mei hingga bulan Agustus, warna pulau berubah menjadi kuning. Selanjutnya menjelang bulan September hingga November, pulau Solor berubah warna lagi menjadi hitam karena kebakaran.
Kejadian kebakaran lahan di Flores Timur tidak saja melanda Solor, tetapi juga di wilayah Adonara dan Flores daratan. Daerah berpadang rumput lebih beresiko karena daun kering manjadi bahan bakar menjalarnya api. Namun di puncak musim kemarau, kebakaran dapat melanda hutan lebat karena banyak daun gugur yang mengering. (Teks: Alfius Sabon, Edit: Simpet)